Minggu, 22 Juli 2012

Tawuran Pelajar dan Mahasiswa


Tawuran Pelajar dan Mahasiswa

PENDAHULUAN

Tawuran saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Perilaku tawuran bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cedera tapi sudah merenggut ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun terakhir. Dalam makalah ini penulis hanya mengkhususkan pada tawuran antar pelajar dan mahasiswa.
Tawuran sudah menyeluruh, hampir disetiap daerah, Sekolah, dan Universitas di Indonesia pasti pernah ada kasus tawuran.  Hebatnya lagi para pihak yang tawuran  ini membawa senjata tajam untuk “berperang” dengan tujuan yang tidak jelas. Terkadang tawuran ini tidak segera diketahui oleh aparat kepolisian sehingga menyebabkan semakin banyak dampak kerusakan bangunan maupun dampak fisik. Harusnya aparat kepolisian jika ada suatu kerusuhan cepat tanggap dan cepat melakukan suatu tindakan untuk mencegah hal itu terjadi, dan jika hal itu telah terjadi hendaknya cepat dihentikan, diselesaikan dan diberi efek jera terhadap pihak pemicu atau provokator yang melatarbelakngi tawuran itu . Agar tawuran tersebut tidak terulang lagi. 
       
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tawuran
1.      Tawuran  : Perkelahian beramai-ramai; perkelahian massal: tiba-tiba terjadi - antara kedua kubu yang berselisih itu;
2.      Tawuran atau Tubir adalah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat..
3.      “Tawuran” dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Sehingga dapat disimpulkan tawuran pelajar yaitu perkelahian antar banyak orang yang tugas pelakunya adalah manusia yang sedang belajar.

B.     Penyebab Tawuran
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.      Faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar, dan merasa dirinya hebat.
2.      Faktor Eksternal
Ø   Faktor Keluarga
a.       Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
b.      Perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
c.       Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
d.       pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila.
Ø  Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olah raga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
Ø  Faktor Miliu/Lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja.
Ø  Salah seorang pengamat masalah hukum dan sosial menyebutkan degradasi etika dan moralitas dalam kehidupan sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi makin sering terjadi tawuran pelajar.
Menurut pengamat tersebut terdapat beberapa poin yang mengakibatkan degradasi etika dan moralitas ini:
a.       Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat begitu pesat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada benturan pada nilai-nilai di masyarakat, nilai- nilai lama mulai memudar sedangkan nilai-nilai baru sedang mencari bentuknya atau jati diri.
b.      Kaum remaja dalam mencari identitas diri mudah sekali terpengaruh. Pengaruh ini macam-macam bentuknya. Seperti televisi yang sering menayangkan adegan kekerasan, bahkan berita tawuran tanpa sensor yang menunjukkan kebrutalan bisa menjadi contoh yang tidak baik. Lingkungan yang kurang memadai juga bisa membawa dampak yang signifikan, seperti gaya anak muda sekarang yang senang membentuk komunitas sediri seperti gank-gank-an, biar bisa disebut anak gaul, macho, dsb.
c.       Kurikulum pendidikan cara belajar siswa aktif yang membuat banyak remaja tidak mampu mengikutinya, sehingga menjadi frustasi dan mencari sensasi diri.
d.      Nilai-nilai kebenaran dan hakikat hidup terkait budi pekerti tidak lagi diajarkan secara aktif dan efektif. Padahal ini penting sekali, nilai-nilai budi pekerti ditanmakan sejak dini. Nilai-nilai ini hanya sebatas ilmu dan masih belum bisa diterapkan dalam perilaku.
e.       Hilangnya panutan dan idola bagi remaja. Maraknya dunia hiburan saat ini juga membawa pengaruh. Remaja lebih senang mengidolakan artis, atau band favoritnya daripada guru, atau orang tua.

C.    Dampak Tawuran
1.      Akibat Bagi Pelajar
Perkelahian dikalangan pelajar dan mahasiswa merupakan suatu tingkah laku yang tidak pantas bagi seorang pelajar maupun mahasiswa dan tingkah laku itu merupakan penyimpangan dari tingkah laku seorang pelajar apalagi seorang mahasiswa yang harusnya lebih dewasa dan telah mengetahui dampak apa saja jika melakuka tawuran. Perkelahian yang dilakukan secara massal dari kedua belah pihak yang berlainan sekolah maupun universitas dan dalam perkelahian itu tidak hanya menggunakan tangan kosong tetapi juga menggunakan senjata tajam dan benda keras.
Melihat dari benda atau alat yang digunakan dalam perkelahian itu maka sudah dapat diduga akibat yang ditimbulkan dari perkelahian itu antara lain luka yang dialami salah satu pelajar yang ikut serta dalam perkelahian antar pelajar tersebut. Selain itu tawuran akhir-akhir ini juga menyebabkan korban jiwa
Sehubungan dengan akibat yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar menurut pasal 351 KUHP :
a.       Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah
b.      Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun
c.       Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya orang, maka yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun
d.       Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja
e.       Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dapat dipidana ”
2.      Akibat bagi keluarga
Dengan turut serta anak-anak terlibat langsung dalam perkelahian antar pelajar yang kemudian ternyata mendapatkan tindakan dari pihak kepolisian, pimpinan sekolah atau dari masyarakat sekitarnya, maka akibatnya akan menimbulkan problema bagi keluarga atau orang tuanya berupa : teguran dari pihak pimpinan sekolah dan warga masyarakat sekitarnya serta peringatan dari pihak kepolisian.



3.      Akibat bagi sekolah
Jika perkelahian antar pelajar itu ternyata akan membawa nama sekolah maupun universitas bahkan terjadi di lingkungan sekolah maka akan membawa dampak negatif bagi sekolah tersebut berupa :
a.       Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah atau universitas maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
b.      Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah dan universitas urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib. 
4.      Akibat bagi masyarakat
Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar dan mahasiswa demikian tinggi maka tidak mustahil kondisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
Setelah diketahui akibat yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar dan mahasiswa maka perlu segera ditanggulangi perkelahian itu oleh pihak sekolah, masyarakat maupun aparat keamanan sebelum menimbulkan akibat yang lebih parah lagi.

D.    Cara Mencegah Terjadinya Tawuran
1.      Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
2.      Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara:
a.       Mengasuh anak dengan baik.
Ø  Penuh kasih sayang
Ø  Penanaman displin yang baik
Ø  Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
Ø  Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
Ø  Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi  tertentu.
Ø  Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
b.      Meluangkan waktu untuk kebersamaan
Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
c.        Memperkuat kehidupan beragama
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
d.      Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
e.        Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
3.      Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya :
a.       Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bias
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
b.      Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
c.        Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di antara sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan” itu.
4.      LSM dan Aparat Kepolisian
LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.

E.     
A.    Kesimpulan
Tawuran adalah suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang melibatkan banyak orang . Kini tawuran antar pelajar sangat marak diberbagai derah di Indonesia, hal ini dapat disebabkan oleh factor internal dan factor eksternal. Dengan terjadinya tawuran itu tidak hanya berdampak pada kerugian material saja namun juga berdampak pada nyawa seseorang atau seseorang yang mati dengan sia-sia. Untuk mencegah terulangi tawuran lagi hendaknya kita bersama dengan berbagai pihak melakukan pencegahan agar tawuran tidak terjadi lagi. Karena dengan adanya kerjasama tersebut dapat mempermudah mencegahnya.
B.     Saran
1.      Seorang remaja hendaknya dibekali ilmu moral baik yang kuat dari sekolah maupun dari keluarga agar tidak ikut terlibat dalam hal negative seperti tawuran tersebut.
2.      Hendaknya pihak berwajib melakukan operasi mendadak secara terprogram di tempat-tempat tertentu yang dipandang rawan dan merupakan sumber kerawanan sosial dan tawuran remaja/pelajar;
3.      Memberikan sangsi yang tegas dan jelas terhadap segala pelanggaran norma dan tatatertib sekolah/kampus dan penyimpangan perilaku yang memberi kontribusi tawuran pelajar secara pesuasif edukatif.
4.      Menghimbau kepada orang tua siswa untuk lebih memperhatikan putraputrinya terutama yang sedang menginjak remaja dan dewasa dalam tingkah lakunya sehari-hari dan bekerjasama dengan pihak sekolah, apabila terdapat hal-hal yang luar biasa;






DAFTAR PUSTAKA

http://metropolitan.inilah.com




Pentingnya Orangtua untuk Memahami Gejolak Masa Remaja Sang Anak


Pentingnya Orangtua untuk Memahami
Gejolak Masa Remaja Sang Anak


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada saat seorang anak memasuki masa remaja atau masa pubertas, banyak sekali gejolak yang dialami oleh anak tersebut. Selain itu masa remaja juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan pelik. Namun tidak banyak orangtua yang dapat memahami gejolak yang dialami oleh remaja dan orangtua juga belum cukup tahu banyak hal untuk menangani masa remaja sang anak. Tidak sedikit orangtua memandang remaja dengan penuh kecemasan, ketakutan dan kebingungan yang semua itu dapat menimbulkan kekacauan komunikasi diantara orangtua dan anak, sehingga hal itu dapat mengakibatkan sang anak semakin tidak dimengerti oleh orangtua, dan orangtua juga dapat kehilangan kesempatan untuk bisa berfungsi sebagai pendamping dan teladan bagi anak dalam menuju kedewasaan. Padahal hal itulah yang paling diharapkan oleh remaja dari orangtuanya.

PEMBAHASAN

1.      Masa remaja yaitu dimana seseorang tidak lagi dianggap sebagai kanak-kanak, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Dalam masa remaja ini anak mengalami berbagai gejolak, diantaranya yaitu :
a.       Gejolak dalam pembentukan identitas diri
Masa remaja begitu penting karena ia merupakan masa pencarian jati diri. Pada masa ini, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan “Identitas” dirinya (siapa saya). Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sulit dan penuh resiko. Remaja diusia ini harus belajar dan memilih ideologi yang benar dari berbagai ideologi yang disodorkannya. Orang-orang yang sukses dalam tahapan ini dan memiliki jati diri yang kuat akan siap menghadapi masa depannya dengan perasaannya yang tenang dan kepercayaan diri yang tinggi.
Masa remaja merupakan masa untuk mengenal diri dan mengenal Sang Pencipta. Karena dimasa remaja seseorang dapat mengarungi tangga kehidupan dengan mudah dan enerjik maka ia perlu berfikir sebelum bertindak dan bermusyawarah dengan orang penyayang dan berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya.
b.      Gejolak Kebangkitan Seksualitas
Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi. Mengenal dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri. Kemudian penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini. Keingintahuan itu seringkali tersalurkan kepada hal-hal yang merugikan diri sendiri. Seperti akses pornografi melalui media. Karena teknologi telah berkembang pesat dan


zaman semakin maju. Sehingga generasi sekarang ini banyak orang yang menganggap bahwa seks adalah tindakan yang bebas dan alamiah.
c.       Gejolak untuk cenderung terpengaruh oleh obat bius
Ketika pada usia pubertas para remaja dihadapkan pada macam-macam kesulitan hidup dan konflik-konflik jiwani, maka hati pengecutnya mendorong mereka untuk melarikan diri dari setiap kesulitan hidup. Mereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan ganja, morphine, dan bahan narkotika lainnya sebagai alat penenang bagi ketakutan dan kerisauan hatinya. Pada umumnya remaja seperti itu adalah anak-anak manja, yang tidak pernah dibiasakan menghadapi kesukaran hidup dan jiwanya sangat lemah.
Pada saat si pemakai ada dalam pengaruh obat bius, ia merasa nyaman, secure atau aman, senang, puas, kuat perkasa, dan merasa seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas besar. Akan tetapi sesudah habis pengaruh obat bius itu, dia jadi lemas-lesu, loyo, tak bertenaga, tidak bergairah. Tanpa bahan narkotika hidup ini terasa gelap, tidak lengkap, serasa dunia mau tenggelam. Baru jika ia mendapatkan supply bahan narkotika lagi, ia akan merasa “hidup kembali”.
d.      Gejolak emosi remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak jenis secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu tersebut.   

2.      Dari berbagai gejolak yang dialami remaja disaat masa pubertasnya, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gejolak tersebut.
a.       Faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas diri :
1)      Faktor Lingkungan
Faktor ini sangat mempengaruhi pembentukan identitas diri remaja. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan hidupnya akan membentuk karakter dan perilaku dikalangan remaja dan anak itu juga membentuk peristiwa-peristiwa di lingkungan hidupnya. Sehingga ada hubungan timbal balik diantara keduanya.
2)      Faktor Pribadi
Seseorang remaja yang mempunyai motivasi kuat dalam meraih sesuatu yang diharapkannya, walaupun harus jatuh bangun untuk memperolehnya, tapi ia akan tetap berusaha hingga yang diharapkannya tercapai. Dari pengalaman tersebut maka remaja akan memiliki masa depannya dengan kepercayaan diri yang tinggi.
b.      Faktor-faktor penyebab perilaku seks remaja
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku seks pada remaja, diantaranya :
1)      Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seks (libido seks) remaja.
2)      Penundaan usia perkawinan.
3)      Adanya tabu/larangan dalam masyarakat untuk melakukan prilaku seks sebelum menikah.
4)      Kurangnya informasi yang didapat remaja tentang seks dan hal-hal terkait didalamnya.
5)      Pergaulan makin bebas.
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan remaja memakai obat bius :
1)      Keinginan untuk menghindari kesulitan hidup dan konflik-konflik.
2)      Didorong oleh nafsu mendapatkan status sosial tinggi dan pengakuan atas EGO-nya, serta untuk menjaga gengsi.
3)      Keisengan oleh anak-anak muda untuk mencoba-coba karena didorong oleh rasa ingin tahu.
d.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda terhadap ungkapan emosi mereka.

3.      Peran yang dapat dilakukan orangtua dalam membantu anak remaja :
a.       Memberikan pemikiran dan pertimbangan (bukan memutuskan apalagi menuntut) kepada remaja tentang alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi.
b.      Menanamkan nilai-nilai perilaku yang baik melalui diskusi dan komunikasi dua arah.
c.       Meningkatkan kepercayaan diri pada remaja dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk memutus sendiri penyelesaian masalah yang mereka hadapi.
d.      Membantu mengembangkan potensi yang ada didalam diri remaja melalui pemberian kesempatan kepada mereka untuk memutuskan sendiri penyelesaian masalah yang dihadapi berdasarkan alternatif yang diberikan oleh orangtua. 

4.      Cara-cara yang dapat dilakukan orangtua dalam menghadapi sang anak yang sedang memasuki masa remaja
a.       Mengendalikan Pusat Emosional
Akan sangat bermanfaat sekali bagi anak remaja yang belum stabil baik perkembangan maupun emosionalnya, apabila orangtua tidak memberikan reaksi yang berlebihan terhadap suasana hati, tuntutan atau ledakan amarah mereka. Dalam menghadapi ketidak-stabilan anak remaja, orangtua harus mencoba untuk tetap stabil. Orangtua harus mengambil posisi pada “pusat emosional”, dengan membiarkan sikap dan emosi anak remaja yang tak menentu. Karena anak remaja kurang stabil, maka orangtua harus dapat mengendalikan emosi dan nampak stabil.
b.      Usaha Pengendalian
Ada tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam menentukan batas toleransi :
1)      Orangtua harus memikirkan dan menentukan batas toleransinya sendiri mengenai apa yang diharapkan dan perilaku mana yang diinginkan atau yang tidak diinginkan dari anak remajanya.
2)      Orangtua tidak boleh menunggu sampai anak remajanya menentukan batas toleransi.
3)      Peraturan harus berubah menurut umur dan menurut tingkat tanggung jawab anak remaja.
c.       Mengisi waktu bersama-sama
Dengan hal ini akan dapat terjalin hubungan yang baik dengan remaja sehingga dapat memberikan kesempatan untuk kontak positif antar generasi. Cara yang terbaik untuk mengisi waktu bersama dengan anak remaja tergantung pada kesamaan yang dimiliki oleh orangtua dan anak. Dalam mengisi waktu bersama-sama orangtua tidak boleh melontarkan kritikan terhadap anaknya agar tidak merusak suasana.

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, namun karena pondasi dasar pemikiran disaat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman, masalah, dan gejolak. Maka dari itu keterlibatan orangtua dalam masa ini sangat dibutuhkan oleh remaja. Karena orangtua adalah orang yang berperan penting dalam memberikan toleransi dan melakukan pengendalian terhadap sang anak yang sedang memasuki masa remaja. Selain itu orangtua juga harus memberikan sikap yang sewajarnya terhadap gejolak-gejolak yang sedang dalam remajanya. Sehingga kelak remaja itu akan mampu menggapai kemajuan dibidang agama, pola pikir, moral, sosial dan sebagainya.

B.     Saran
1.      Hendaknya orangtua lebih banyak terlibat dengan masalah yang dihadapi anak remajanya, agar tidak mudah terpengaruh kegejolak remaja yang bersifat negatif.
2.      Seharusnya orangtua belajar tentang banyak hal untuk dapat memahami dan menangani, masa remaja anak dengan tepat.
3.      Sebaiknya anak mempunyai pedoman atau dasar yang dapat mengendalikan gejolak yang bersifat negatif.
4.      Anak harus pandai-pandai dalam bergaul, agar tidak terjerumus ke gejolak negatif.


DAFTAR PUSTAKA

Gardner, James E. 1986. Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta : Mitra Utama
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju
www. masaremaja. blogspot.com (7 Januari 2011)



























Tawuran Pelajar dan Mahasiswa

Tawuran Pelajar dan Mahasiswa PENDAHULUAN Tawuran saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Perilaku tawuran bukan hanya men...