TEORI CLARK LEONARD HULL
PENDAHULUAN
Fokus
utama dalam dunia pendidikan adalah manusia dalam hal ini adalah peserta didik
karena dengan adanya pendidikan peserta didik didorong untuk terlibat dalam
proses mengubah kehidupannya kearah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan
diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu, serta meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang telah dimilikinya, sehingga dapat berfungsi untuk peningkatan
kualitas hidup pribadi dan masyarakat.
Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar
adalah adanya perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan (kognitif), aspek
sikap (afektif), maupun aspek psikomotorik. Salah satu perubahan aspek kognitif
mahasiswa dapat dilihat dari indeks prestasi yang diperoleh. Indeks prestasi
dijadikan sebagai tolak ukur penguasaan akademik mahasiswa. Semakin baik
penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik pula.
Pencapaian prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh faktor baik faktor dari
dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun faktor dari luar diri mahasiswa
(faktor eksternal).
A.
KONSEP
DAN TEORI BELAJAR CLARK L. HULL
Tokoh Clark L. Hull (1804-1952) seorang
guru besar di Universitas Yale USA, menyistematisir
teori-teori belajar yang sebelumnya menjadi suatu unit teori dengan memegang
kebaikan-kebaikan teori sebelunmya dan mengatasi kelemahan-kelemahannya.
Teorinya mendasarkan pada tingkah laku yang diselidiki dengan hubungan
perkuatan S-R. Metodanya sistematik, deduktif, dan dapat dites atau dapat
diuji. Persamaaan-persamaan teorinya dengan teori sebelumnya adalah sebagai
berikut :
Ø Berdasarkan
asosiasi S-R
Ø Berdasarkan
cara melangsungkan hidup
Ø Berdasarkan
kebutuhan biologis dan pemenuhannya
Ø Orientasinya
kepada teori Pavlov
Beberapa definisi yang
dikembangkan dalam teori Hull:
a. Kebutuhan
(need) adalah keadaan organisme menyimpang (kekeurangan) dari kondisi biologis
optimum pada umumnya yang bertujuan untuk melangsungkan (meneruskan) hidupnya.
Jika kebutuhan itu timbul, maka organisme bertindak untuk memenuhi kebutuhan
tadi (mereduksi kebutuhan). Oleh karena itu, sering teori belajarnya disebut
teori reduksi kebutuhan (need-reduction
theory).
b. Dorongan
(drive, semacam kondisi kekosongan ganda organisme sehingga mendorong untuk
berbuat. Misalnya dorongan makan, minum, seks, dan sebagainya. Istilah lainnya
adalah moti. (Ada kalanya orang ,merasa lapar namun tidak ada dorongan untuk
makan).
c. Perkuatan
(reinforcement), adalah hadiah,
sesuatu yang dapat memperkuat hubungan S-R, dan respon terhadap stimulus
tersebut dapat mengurangi ketegangan kebutuhan.
Jika kita mengamati tingkah laku hewan, atau kita
dapati bahwa sebagian tingkah laku hewan (sebagi R) merupakan usaha untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan biologis. Umpamanya lembu
yang lapar tentulah reaksinya adalah mencari rumput dan makan rumout yang
ditemuinya. Karena lembu makan rumput tadi, maka kebutuhan makan menjadi berkurang
karena menjadi kenyang. Kedudukan rumput dalam dalam hal tingkah laku lembu
tadi sebagi perkuatan atau reinforcement dan menghasilkan respon yang
dipelajari (walaupun dengan secara mudah). Jadi kebutuhan akan menyebabnya
timbulnya tingkah laku dan tingkah laku khusus akan mereduksi kebutuhan secara
berangsur-angsur dipelajari.
Memang tingkah laku pada hewan yang
lebih rendah tingkatanya yang penting adalah tingkah laku yang tidak
dipelajari. Tingkah laku yang tidak dipelajari diberi symbol SUR (S=stimulus; U = unlearned; R=respon).
Stimulus an sich tidak akan menimbulkan respon. Stimulus yang mengenai syaraf
sensoris (reseptor)dan kemudian timbul impuls yang masuk afferent (syarat gerak
dan dapat mengaktifkan afekttorlahotot-otot, maskuler). Yang dapat menimbulkan
R. Disini Hull membedakan S dengan symbol huruf besaryakni stimulus dari
obyeknya. Symbol s dengan huruf kecil adalah stimulus dalam organisme, stimulus
yang sudah berupa impuls. Jadi impuls adalah perangsang atau stimulus yang
sudah ada dan bekerja dalam syaraf. Belajar akanmelibatkan S dan bukan s.
Selanjutnya mengenai R, Hull menbedakan
tendensi untuk timbulnya R, dan r. Simbol R untuk respon yang Nampak, yang
actual, dan r adalah presdiposisi respon yang masih dalam aktivitas syaraf
(impuls yang sudah member energy pada syaraf efferent dan efektor). Atau r
adalah respon yang masih ada dii dalam organism, jadi tak nampak, tetapi
mempengaruhi tingkah laku (behavior). Kemudian Hull mengganti symbol hubungan
S-R menjadi hubungan SHR. Huruf H menunjukkanm habit atau kebiasaan.
Hull membedakan antara learning
(belajar) dengan performance (tindakan).
Tindakan dapat dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi belajar hanya dipengaruhi
oleh factor jumlah waktu, respon khusus terjadi karena kontigu dengan
perkuatan(hadiah). Hull percya bahwa tingkah laku bersumber pada kebutuhan
(need), yang merupakan tuntutan hidup. Reinforcement
atau perkuatan adalah semacam hadiah yang merupakan suatu stimulus yang mampu
mengubah kemungkinan R dan S tertentu yang disertakan (kontigu). Jika suatu R
diperkuat, hal ini berarti diikuti oleh suatu jenis stimulus (misalnya diberi
hadiah).
B. POSTULAT YANG DIAJUKAN OLEH HULL
Hull mengajukan enam belas postulat dalam
cakupan enam hal yakni sebagia berikut:
1.
Tanda-tanda luar yang mendorong atau
membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf.
Postulat
1:
Impuls saraf afferent dan bekas lanjutannya.
Jika suatu perangsang mengenai
reseptor, maka timbullah impuls saraf afferent dengan cepat mencapai puncak
intensitasnya dan kemudian berkurang secara berangsur-angsur. Sesaat saraf
afferent berisi impuls dan diteruskan kepada saraf sentral dala beberapa detik
dan seterusnya timbul respon. S-R diubah menjadi S-s-R atau S-s-r-R. Simbol s
adalah impuls atau stimulus trace dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah
impuls respon yang masih dalam saraf fferent.
Postulat
2: Interaksi saraf afferent
Impuls
dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau lebih saraf afferent
lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus, tetapi lebih dari satu S
yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan berubah menjadi
S-r-R.
2. Respon
terhadap kebutuhan, hadiah dan kekuatan kebiasaan.
Postulat
3: Respon-respon bawaan terhadap kebutuhan (tingkah laku yang tidak dipelajari)
Sejak
lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul
karena ada rangsangan-rangsangandan dorongan. Respon terhadap kebutuhan
tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang
memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka mata berkedip
dan keluar air mata.
Postulat
4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan; kontiguitas dan Reduksi Dorongan sebagai
kondisi-kondisi untuk belajar.
Kekuatan kebiasaan akan bertambah jika
kegiatan-kegiatan reseptor dan efektor terjadi dalam persamaan waktu yang
menyebabkan hubungan kontiguitif dengan hadiah pertama dan hadiah kedua. Simbol
kekuatan kebiasaan adalah sHs.
3. Stimulus
pengganti (ekuaivalen)
Postulat 5: Generalisasi
(penyamarataan)
Kekuatan kebiasaan yang efektif timbul karena
stimulus lain daripada stimulus pertama yang menjadi persyaratan bergantung
kepada penindakan stimulus kedua dari yang pertama dalam kesatuan yang terus
menerus dari ambang perbedaan, dengan kata lain yang ingin dibentuk merupakan
hasil rata-rata persyaratan stimulus berikutnya.
4. Dorongan-dorongan
sebagai akitivator respon.
Postulat
6: Stimulus dorongan
Hubungan
dengan tiap-tiap dorongan adalah stimulus dorongan karakteristik yang
intensitasnya meningkat dengan kekuatan dorongan.
Postulat
7: Potensi reaksi yang ditimbulkan oleh dorongan .
Kekuatan
kebiasaan disintesiskan kedalam potensi reaksi dengan dorongan-dorongan primer
yang timbul pada saat tertentu.
5. Faktor-faktor
yang melawan respon-respon
Postulat
8: Pengekangan reaksi
Timbulnya
suatu reaksi menyebabkan pengekangan reaksi yang lain. Suatu kejemuan untuk
mengulangi respon. Pengekangan reaksi adalah penghamburan waktu yang spontan.
Postulat
9: Pengekangan yang dikondisikan (diisyaratkan)
Stimuli
yang dihubungkan dengan penghentian respon menjadi pengekangan yang
dikondisikan.
Postulat
10: Osilasi pengekangan
Potensial
pengekangan dihubungkan dengan potensial reaksi yang bergoyang terus menerus
pada waktu itu.
6. Bangkitnya
respon.
Postulat 11: Reaksi
ambang perangsang
Potensi reaksi
efektif yang momentum harus melampaui reaksi ambang perangsang sebelum stimulus
membangkitkan reaksi.
Postulat 12: Kemungkinan
reaksi diatas ambang perangsang.
Kemungkinan
respon adalah fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang
perangsang.
Postulat
13: Latensi (keadaan diam atau berhenti)
Makin
potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang perangsang makin pendek latensi
respon, artinya respon makin cepat timbul.
Postulat
14: Hambatan berhenti (ekstingsi)
Makin
besar potensi reaksi efektif, makin besar respon yang timbul tanpa perkuatan,
sebelum berhenti atau ekstingsi.
Postulat
15: Amplitudo respon (besarnya respon)
Besarnya
dorongan dilantari atau disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif
reaksi dalam sistem saraf otonom.
Postulat
16: Respon-respon yang bertentangan
Jika
potensi-potensi reaksi kepada dua atau lebih respon-respon yang bertentangan
terjadi dalam organisme pada waktu yang sama, maka hanya reaksi yang mempunyai
potensi reaksi yang lebih besar akan terjadi responnya.
Hull dengan mengajukan 16
postulat tersebut diatas bermaksud mempelajari terbentuknya tingkah laku secara
sistematis dan matematis. Dia menggunakan symbol-simbol, dan rumus-rumus
seperti dalam matematika. Terbentuknya tingkah laku yang dipelajari ditunjukkan
secara diagramatis, sehingga merupakan suatu rangkaian yang berturut-turut.
Symbol-simbol penting dan konsep-konsep yang dipakai adalah sebagia berikut :
Ø Reinforcement
adalah perkuatan atau hadiah : Kekuatan kebiasaan (SHR) adalah hasil perkuatan
hubungan-hubungan S-R sejajar dengan reduksi kebutuhan (postulat 3 dan 4).
Ø Generalization
adalah generalisasi atau penyamarataan : Generalisasi kekuatan kebiasaan (S h
R) bergabung dua unsure ialah perkuatan langsung hubungan S-R dan generalisasi
dan hubungan S’ – R’ yang semacam (postulat 5).
Ø Motivation
atau dorongan : reaksi potensial (S E R) bergantung kepada interaksi antara
kekuatan kebiasaan da dorongan (postulat 6 dan 7).
Ø Inhibition
atau pengekangan : reaksi potensial efektif (S e R) adalah reaksi potensial
yang dikurangi oleh pengekangan reaksi dan pengekangan yang dikondisikan atau
dipersyaratkan (postulat 8 dan 9).
Ø Oscilation
atau osilasi : reaksi potensial efektif sementara (S eo R) adalah reaksi
potensial efektif yang berubah sewaktu-waktu karena untuk pengekangan yang
berubah-ubah terlibat di dalamnya (postulat 10).
Ø Response
evocation atau bangkitnya respon : respon akan timbul jika reaksi potensial
efektif (ambang perbedaan). Respon semacam itu dapat diukur sesuai dengan
probabilitas reaksi, rintangan penghentian, atau besarnya respon (postulat
11-16).
Dari enam belas
postulat yang menjadi inti adalah postulat nomor empat, yakni mengenai hadiah
dan kekuatan kebiasaan. Jika suatu kegiatan efektor (r R)
dan kegiatan reseptor (S s) terjadi secara kontigu waktu dan hal ini
secara tepat berhubungan dengan pengurangan kebutuhan (G) atau dengan suatu
stimulus yang telah secara tetap berhubungan dengan kebutuhan, hasilnya akan
tetap meningkatkan kepada suatu kecenderungan (SSHR) bagi impuls afferent untuk
menimbulkan reaksi.
Peningkatan-
peningkatan dari hadiah yang berturut-turut memuncak terbentuknya kombinasi
kekuatan kebiasaan (SHR) yang bergantung kepada peningkatan hadiah (n). batas
atas dari kurve belajar merupakan hasil dari :
1.
Pertumbuhan positif fungsi reduksi
(pengurangan) besarnya kebutuhan yang termasuk primer, atau hadiah sebagai yang
sekunder.
2.
Pertumbuhan negative fungsi penundaan
(t) hadiah.
3.
(a) Pertumbuhan negative fungsi
ketidaksinkronan (t’) dari Sef dan R jika keduanya sebentar adanya; atau (b)
dalam hal aksi Sef yang terus-menerus pada reseptor bila mulai terjadi respon.
Jika
ditarik esensi teori belajar pada analisis Hull adalah operasi dasra hadiah,
pengaruh ulangan, dan gradasi hadiah. Untuk merumuskan kembali apa yang
dimaksud diatas adalah sebagai berikut :
1)
Bahwa belajar bergantung kepada
kontiguitas S dan R yang berhubungan dengan hadiah dalam arti pereduksi
kebutuhan. Hal ini mirip dengan hukum efek dari Thorndike.
2)
Bahwa belajar digambarkan sebagai
pertumbuhan fungsi sederhana, adalah berdasarkan asumsi bahwa peningkatan
kekuatan kebiasaan dengan setiap hadiah adalah bagian tetap dari peningkatan
sisa yang dipelajari. Sebab makin kecil yang harus dikuasai pada awal belajar
dan makin kecil pada akhir belajar.
3)
Bahwa batas atas M asosiasi antara S dan
R bergantung kepada besarnya hadiah dan hadiah yang tertunda.
Hull mengemukakan ada tiga fungsi yang
berbeda mengenai dorongan:
1)
Tanpa adanya suatu dorongan tidak akan ada
perkuatan primer, sebab perkuatan primer akan menyebabkan penurunan cepat dari
dorongan.
2)
Tanpa adanya dorongan tidak akan timbul
respon, sebab dorongan akan mengaktivir kebiasaan dalam potensi reaksi. Hull
berasumsi bahwa dorongan akan melipatgandakan kekuatan kebiasaan.
3)
Tanpa stimulus dorongan yang jelas,
tidak akan terjadi regulasi kebiasaan dari kebutuhan pada organisme, maka tidak
ada cara untuk mempelajari.
C. TEORI BELAJAR HULL DAN BEBERAPA HAL
MENGENAI TEORI BELAJAR HULL.
Dasar
dari teori belajar Hull adalah teori belajar behavioristik. Menurut teori
behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984: 252). Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka respon
juga semakin kuat.
Prinsip-prinsip utama teori dari
Hull sendiri adalah :
1)
Reinforcement adalah faktor penting
dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih
sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
2)
Dalam mempelajari hubungan S-R yang
diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable atau yang juga dikenal
sebagai unsure O (organisme). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang
disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output.
Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
3)
Proses belajar baru terjadi setelah
keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang
mementingkan adaptasi biologis organisme.
Ø Teori Belajar Hull
a.
Hypothetico-Deductive Theory
Teori belajar
ini dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa
pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata
berdasarkan fenomena individual atau secara induktif. Teori ini terdiri dari
beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak,
reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan
utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan
hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak
dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan. Namun walaupun
demikian Hull juga mendapatkan banyak kritikan yang diberikan padanya,
diantaranya sebagai berikut:
·
Teorinya dianggap terlalu kompleks dan
sulit dimengerti. Dalam setiap penelitiannya Hull selalu mengembangkan sistem
yang rumit dan sangat bergantung kepada matematika elaborasi.
·
Idenya tentang proses internal dianggap
abstrak dan sulit dibuktikan melalui eksperimen empiris
·
Partikularistic, usaha untuk
menggeneralisasi hasil eksperimen secara berlebihan.
Pada
dasarnya, teori belajar Hull berpusat pada perlunya memperkuat suatu
pengetahuan yang sudah ada. Perilaku individu yang dilihat dalam konteks
homeostatic model selalu mencari keseimbangan dari "drive memaksa."
Inti tingkat analisis psikologis adalah gagasan mengenai "variabel
intervensi," yang dijelaskan sebagai "unobservable perilaku."
Dengan demikian, dari perspektif yang murni perilaku Clark Hull dikembangkan
John B. Watson 's yaitu rangsangan-respon (S-R) ke stimulus-organisme-respons
(S-O -R), atau variabel campuran. Dari teori Clark Hull yang sistematis, dihasilkan
banyak sekali penelitian.
b.
Matematiko_Deduktif Hull
Teori belajar ini merupakan satu perlakuan
sistematis dari belajar berdasarkan teori pengkondisian klasik dan dinyatakan
dalam bentuk postulat-postulat deduktif dan akibat-akibatnya yang bersifat
wajar. Hukum asasi dari perolehan kemahiran beranggapan bahwa kekuatan
kebiasaan itu dibangun secara beransur-angsur dalam bentuk tambahan atau
kenaikan-kenaikan kebiasaan, lewat penguatan yang berdekatan dari unit-unit S-R
atau stimulus-respon.
Kekuatan kebiasaaan itu bisa dibuat peka
kedalam bentuk daya guna atau prestasi oleh dorongan-dorongan (drives). Apabila
tidak terdapat unsur dorongan, prestasi akan menurun sampai angka nol. Bila
tidak ada kekuatan kebiasaan, prestasi juga akan menurun sampai titik nol
karena dorongan dan kekuatan kebiasaaan itu saling berhubugnan dalan satu
fungsi yang multiplikatif (fungsi perkalian). Oleh karena semua teori-teori
yang berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian ternyata benar, maka Hull
menggunakan teori pemunahan dan penghambatan, agar bisa menerangkan dan
menghitung masalah penyusutan reaksi. Pemunahan jelas disebabkan oleh
pengulangan tanpa upaya penguatan pada reaksi-rekasi. Perangsang yang
berasosiasi dekat dengan satu reaksi yang mengalami proses pemunahan atau
pemadaman, akan mampu menghambat munculnya reaksi tersebut. Peristiwa lupa akan
material verbal atau hal-hal lisan, diduga merupakan satu kemunduran atau
kerusakan fungsi sepanjang perjalanan waktu.
Untuk mengukur jalannya proses belajar, Hull
mengemukakan beberapa kemungkinan diantaranya:
1)
Latensi (keterpendaman, tersembunyi,
belum kelihatan) reaksi, atau kecepatan dengan mana satu reaksi muncul
mengikuti penyajian perangsangnya.
2)
Kemungkinan reaksi.
3)
Jumlah ulangan-ulangan yang diperlukan
untuk bisa mengakibatkan pemunahan.
Dalam
statemen awal teori Hull ditekankan masalah dorongan dan penguatan primer.
Dalan revisi teorinya lebih lanjut dia memberikan lebih banyak penekanan pada
reduksi atau pengurangan perangsang dorongan dan penguatan sekunder. Teorinya
juga diperluas untuk menerangkan belajar secara diskriminatif (mampu
membedakan) dan tingkah laku memecahkan masalah.
Dari semua teori-teori
pengkondisian, teori Hull terbukti merupakan salah satu teori yang paling
provokatif dengan riset-risetnya, khususnya dalam penyelidikan mengenai peranan
penguatan didalam penegakan reaksi-reaksi bersyarat atau reaksi terkondisikan.
Hull juga diakui sebagai salah seorang ahli teori paling awal yang berusaha
merumuskan teori belajar secara kuantitatif sekali.
Dua hal yang sangat penting dalam
proses belajar dari hull ialah adanya incentive
motivation (motivasi intensif) dan drive
stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan berespon
berubah bila besarnya hadiah (revaro)
berubah.
Penggunaan praktis teori belajar
dari hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagi berikut:
·
Teori belajar didasarkan pada drive – reduction atau drive stimulus reduction.
·
Intruksional obyektif harus dirumuskan
secara spesifik dan jelas.
·
Ruangan kelas harus diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar.
·
Pelajaran harus dimulai dari yang
sederhana/mudah menuju kepada yang lebih komples/sulit.
·
Kecemasan harus ditimbulkan untuk
mendorong kemauan belajar.
·
Latihan harus didistribusikan dengan
hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan perkataan lain, kelelahan tidak
boleh mengganggu belajar.
·
Urutan mata pelajaran diatur sedemikian
sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus
menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.
D. SUMBANGAN TEORI HULL
Dalam teorinya Hull memasukkan
kebutuhan-kebutuhan organisme dalam proses belajar. Oleh karenanya teori
belajarnya disebut teori reduksi dorongan. Sebab dorongan menimbulkan kebutuhan
dan ketegangan dalam organisme berusaha untuk meredakan atau mereduksi,
mengurangi ketegangan tadi dengan berbuat sesuatu.
Hull menekankan kebutuhan-kebutuhan
dalam proses belajar. Semua kebutuhan pada anak-anak dapat diorganisir dan
dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, sehingga belajar akan lebih
berarti jika dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan anak-anak. Di sini dapat
dipasang perangkat hadiah ataupun hukuman untuk mengktivir belajar. Hadiah dan
hukuman dapat di pandang pereduksi tegangan kebutuhan. Dengan demikian teori
belajarnya dapat disebut juga teori hadiah.
Jasa lain dari Hull yaitu bahwa proses
belajar mulai dikuantifikasikan, yaitu dapat dirumuskan secara matematik.
Dua hal yang sangat
penting dalam proses belajar dari hull ialah adanya incentive motivation (motivasi intensif) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong).
Kecepatan berespon berubah bila besarnya
hadiah (revaro) berubah.
Penggunaan praktis teori belajar dari
Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagi berikut:
·
Teori belajar didasarkan pada drive – reduction atau drive stimulus reduction.
·
Intruksional obyektif harus dirumuskan
secara spesifik dan jelas
·
Ruangan kelas harus diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar
·
Pelajaran harus dimulai dari yang
sederhana/mudah menuju kepada yang lebih komples/sulit
·
Kecemasan harus ditimbulkan untuk
mendorong kemauan belajar
·
Latihan harus didistribusikan dengan
hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan perkataan lain, kelelahan tidak
boleh mengganggu belajar
Urutan
mata pelajaran diatur sedemikian sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak
menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada
mata pelajaran berikutnya
Kesimpulan
Teori Clark L Hull mendasarkan pada tingkah laku
yang diselidiki dengan hubungan perkuatan S-R. Metodanya sistematik, deduktif,
dan dapat dites atau dapat diuji.
Jika ditarik esensi teori belajar pada analisis Hull
adalah operasi dasar hadiah, pengaruh ulangan, dan gradasi hadiah.
1.
Jadi belajar bergantung kepada
kontiguitas S dan R yang berhubungan dengan hadiah dalam arti pereduksi
kebutuhan.
2.
Belajar digambarkan sebagai pertumbuhan
fungsi sederhana, adalah berdasarkan asumsi bahwa peningkatan kekuatan
kebiasaan dengan setiap hadiah adalah bagian tetap dari peningkatan sisa yang
dipelajari. Sebab makin kecil yang harus dikuasai pada awal belajar dan makin
kecil pada akhir belajar. Bahwa batas atas M asosiasi antara S dan R bergantung
kepada besarnya hadiah dan hadiah yang tertunda.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,M Ngalim.2002.
Psikologi Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Suyono Dan
Hariyanto.2011.Belajar Dan Pembelajaran.Bandung
: PT Remaja Rosdakarya Offset
Fuadyartanto,RBS.2002.Psikologi Pendidikan.yogyakarta:Global
Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar