Kamis,
12 April 2012
Permasalahan Sosial yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
A. Pendahuluan
Manusia sebagai ciptaan Allah SWT mempunyai perbedaan yang
satu dengan yang lainnya. Seperti karakter, bakat dan minat. Namun di sisi lain
ada perbedaanyang merupakan pemberian dari Allah SWT atau pembawaan sejak lahir
tetapi hal itu masih ada peluang atau jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk
di ubah dan dikembangkan. Pengembangan potensi ini dapat dilakukan melalui
proses pendidikan baik secara formal maupun non formal.
Peningkatan prestasi belajar seseorang bukan hanya
tergantung dari individu itu. Akan tetapi prestasi belajar yang merupakan
faktor dari luar juga sangat besar pengaruhnya. Pada dasarnya individu memiliki
kemampuan yang sama dalam belajar, namun ada beberapa hal yang mempengaruhi
sehingga terjadi suatu perbedaan dalam mencapai prestasi belajar. Siswa yang
mengalami satu masalah, sebagian ada yang berusaha mengatasinya dan berhasil
keluar dari masalahnya, tetapi pada umumnya mereka tidak mampu mengatasinya
dengan sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu
keterlibatan orng tua dan teman sangatlah di perlukan untuk selalu memberikan
solusi atas masalah yang dihadapinya.
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi belajar seseorang
adalah tempat tinggal. Salah satu lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi
seseorang dengan bersikap dan bertingkah laku adalah lingkungan sekolah atau
rumah. Siswa yang menimba ilmu disekolah dan bertempat tinggal dilingkungan yang
tidak kondusif, serta adanya beberapa peraturan yang harus di patuhi dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Berangkat dari konteks atau masalah inilah,
penulis tertarik untuk menelusuri dan mencaritahu masalah social apa sajakah
yang dapat mengganggu prestasi anak.
Pembahasan
Permasalahan Sosial yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu :
1. Masalah Sosial yang Berhubungan
Dengan Keluarga.
Faktor
keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan yang dapat mempengaruhi dari
keluarga antara lain: Penerapan pola asuh yang kurang tepat oleh orang
tua, , perekonomian keluarga yang rendah, broken home dan relasi
antara anggota keluarga yang kurang baik.
a. Penerapan pola asuh yang kurang
tepat oleh orang tua
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap
prestasi belajar anak, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Orang tua merupakan sosok orang tua yang ideal buat anak karena bagi
mereka orang tua adalah yang memberikan kasih sayang, mendidik, mengarahkan dan
membimbing mereka menjadi anak yang lebih baik dan bermanfaat.
Secara garis besar terdapat tiga pola asuh yang berbeda
diantaranya yakni authoritarian atau otoriter, permissive (permisif) dan
authoritative atau demokratis. Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga
bentuk pola asuh dan pengaruhnya terhadap anak.
Pola asuh demokratis/autoritatif menjadikan anak memiliki
intensi prososial, kompetensi sosial, prestasi belajar, sikap asertif,
penyesuaian diri, ketaatan pada peraturan lalu lintas, kepribadian wirasawasta,
yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang memperoleh pola asuh otoriter maupun
permisif dari orangtua. Di samping itu, juga menunjukkan bahwa bola asuh
demokratis menjadikan anak memiliki prokrastinasi dan depresi yang lebih
rendah dibanding anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif.
Penanaman sikap disiplin, menerima apa adanya, memberikan
motivasi berprestasi serta aspek spiritual kepada anak diakui merupakan dasar
pembentukan karakter anak berprestasi. Aspek psikis dan spiritual pada
anak yang dihasilkan oleh orang tua dengan pola asuh otoritatif sangat
menunjang secara signifikan prestasi anak. Penghargaan terhadap prestasi anak
juga dilakukan oleh orang tua dengan pola asuh autoritatif (demokratis)
walaupun hanya dengan ucapan selamat atas prestasi yang mereka peroleh.
Sikap orang tua tersebut akan memberikan efek psikologis bahwa mereka merasa
dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprestasi
lebih baik lagi.
Ketika anak mempunyai masalah dengan sekolah, hubungan
dengan seseorang dan lingkungannya, mereka lebih suka/nyaman membicarakannya
dengan orang tua karena orang tua lebih bisa menyimpan rahasia pribadi dan
memberikan solusi, nasehat untuk membantu menyelesaikan masalah, meskipun ada
juga yang lebih suka curhat dengan temannya dengan alasan karena teman
atau sahabat mereka menjadi tempat berbagi cerita dan menjadi kepercayaan
mereka.
Orang tua dengan pola asuh autoritatif bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
Mereka menyatakan bahwa orang tua mereka mau mendengarkan pendapat, solusi dan
berdiskusi terhadap suatu hal atau masalah. Sikap orang tua tersebut akan
memberikan efek rasa percaya diri anak terhadap kemampuannya dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan berdiskusi memberikan ruang
bagi orang tua untuk memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik
dan buruk bagi anak dan anak pun memahami sikap dan alasan orang tua terhadap
mereka. Sehingga hal ini akan memberikan kepercayaan anak terhadap orang tua
bahwa mereka mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dan harapan mereka akan
menjadi orang yang berhasildan bermanfaat.
Namun jika orang tua menerapkan pola asuh yang otoriter akan
dapat mengganggu prestasi belajar anak, karena pola ini menuntut anak untuk
dapat mengikuti peraturan-peraturan orang tua. Orang tua mempunyai harapan yang
terlalu tinggi terhadap anaknya. Mereka memaksa anak-anaknya untuk selalu rajin
belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki
kemampuan yang cukup memadai untuk melakaksanakan kegiatan-kegiatan belajar
memperoleh nilai tinggi. Bagi siswa-siswa yang ditakdirkan tidak memiliki
kemampuan yang cukup tinggi dengan sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan
harapan-harapan itu sebagai satu siksaan, dan pada gilirannya dapt menimbulakan
putus asa dan tak acuh lagi pada siswa itu sendiri sehingga suatu saat prestasi
belajarnya dapat menurun.
b. Perekonomian keluarga yang rendah
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya
makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis
menulis, dan sebagainya.
Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya
mengandalkan keterangan-keterangan yan diberikan oleh guru di depan kelas,
tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku tulis, pensil,
peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat
pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan. Bagi
orang tua yang keadaan ekonoominya kurang memadai sudah barang tentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila keadaan
ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan menanggung
resiko-resiko yang tidak diharapkan.
Masalah biaya menjadi salah satu faktor
dalam menempuh pendidikan, kurangnya biaya sangat mempengaruhi kelancaran
studi. Kurangnya ekonomi keluarga akan menimbulkan kelesuan dalam diri siswa
sehingga motivasi belajar menurun.
Dalam
setiap langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat
menentukan. Hampir tidak ada suatu upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di
sekolah tidak akan berjalan. Dalam upaya mengatasi problem ekonomi, orang harus
melakukan pendekatan yang realistis terhadap kehidupan manusia di muka bumi
ini. Benar bahwa seseorang mempunyai berbagai kebutuhan ekonomi selama masa
hidupnya. Maka tidak perlu membesar-besarkan bahwa hal itu sebagai problem
besar dalam kehidupan. Seseorang tidak harus hidup senang sendirian. Oleh
karena itu merupakan kesalahan besar baginya dan tidak sesuai kehidupan kita,
nilai etik dan moral kita, kebudayaan dan masyarakat, serta landasan ekonomi
kita. Namun problema kehidupan yang sulit untuk disembunyikan adalah pendanaan
pendidikan. Kebutuhan hidup berupa barang-barang elektronik mungkin saja
tertahan untuk dihadirkan di dalam rumah tangga, tetapi biaya pendidikan bagi
anak merupakan problema yang sulit disembunyikan. Lanjut tidaknya sang anak
dalam menempuh pendidikan baik di sekolah dasar maupun pada jenjang tingkat
yang lebih tinggi ditentukan oleh kemampuan ekonomi orangtua. Karena itu, dapat
dipastikan bahwa kondisi ekonomi keluarga sangat terkait dan bahkan tidak
terpisahkan bagi proses pendidikan anak.
“Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak”.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan atau terisolasi oleh teman-temamnya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anakpun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan atau terisolasi oleh teman-temamnya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anakpun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan dan ekonomi
keluarga sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Cita-cita masa depan seseorang tidak akan tercapai tanpa pendidikan,
sedangkan pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dana, sedang dana sangat sulit
tercapai tanpa pendidikan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kondisi
ekonomi keluarga merupakan suatu lingkaran yang tak berujung serta tak
terpisahkan dan saling berkait satu sama lain.
c. Broken home
Siswa yang tinggal bersama orang tua
akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan
kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran,
perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan
menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri siswa dan akan
menghambat proses belajar.
Perbedaan anak yang tinggal dalam keluarga utuh dan broken
home:
· Terdapat perbedaan motivasi belajar
antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa
dari keluarga utuh.
· Motivasi belajar siswa dari keluarga
broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh
· Keadaan keluarga broken home memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Di dalam konflik rumah tangga terutama konflik antara suami–
istri kadang menimbulkan ha-hal yang berdampak negative. Salah satu dampak
negatif dari konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang paling dominan adalah
dampak terhadap perkembangan anak. Aktor utama “Broken Home” (suami istri)
kadang jarang memikirkan dampak apakah yag akan terjadi pada anak-anaknya
apabila terjadi perpecahan atau perpisahan rumah tangga.
Dampak apa yang akan terjadi pada anak yang nantinya menjadi
korban konflik orang tua apabila terjadi konflik dalam rumah tangga dan harus
berakhir dengan broken home. Salah satunya yaitu pada aspek Kejiwaan
Seorang anak korban “Brokoen Home” akan mengalami tekanan mental yang berat. Di lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan “Broken Home”. Di sekolah, disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun.
Seorang anak korban “Brokoen Home” akan mengalami tekanan mental yang berat. Di lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan “Broken Home”. Di sekolah, disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun.
d. Relasi antar anggota keluarga yang
kurang baik
Yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan
anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga
yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada
kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan
sebagainya.
Relasi yang kurang baik antar anggota keluarga dapat di
pengaruhi oleh kurangnya komunikasi antar anaggota keluarga. Belakangan ini
banyak orang tua yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya, mereka menganggap
bahwa tugas orang tua tidak lebih dari sekedar mencukupi kebutuhan lahir anak.
Seperti makan, minum, pakaian dan alat-alat pelajaran, serta
kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Sehingga orang tua cenderung
acuh dan tidak memelihara hubungan antar anggota keluarga. Relasi keluarga yang
kurang baik ini dapat menyebabkan antar anggota keluarga kurang peduli terhadap
anggota keluarga yang lain, antar anggota keluarga cenderung acuh atau tidak
mau ikut campur urusan anggota keluarganya yang lain, padahal jika ada suatu
masalah yang perlu bantuan dari anggota keluarganya namun anggota keluarganya
tidak mau tahu atau tidak mau membantu dapat menyebabkan orang jengkel dan
kecewa terhadap anggota keluarganya tersebut. Hubungan atau relasi yang baik antar
anggota keluarga dapat membuat anak termotivasi untuk mengejar prestasi
belajarnya. Karena ia merasa mendapat dorongan dari anggota keluarganya. Dengan
mendapatkan prestasi yang baik dapat membuat dirinya bangga dan anggota
keluarganya juga ikut bahagia.
2. Masalah Sosial Yang Berhubungan
dengan Lingkungan Masyarakat
a.
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Namun jika seorang anak yang terlalu
banyak mengikuti organisasi maupun kegiatan-kegiatan tertentu dapat mengganggu
belajarnya, karena terkadang waktu yang digunakan untuk belajar akan tersita
untuk berorganisasi. Namun jika seorang anak dapat membagi waktu antara
berorganisasi dan belajar dengan baik maka belajarnya pun tidak akan
terganggu sehingga prestasi belajarpun tidak akan terpengaruh.
b.
Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan
sosialisainya karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya
baik tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk
perangainya.
Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul
yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.
Jika anak dalam pergaulannya tidak dapat memilih teman pergaulan yang
baik dapat menimbulkan dampak yang negative terhadap anak itu sendiri
namun walaupun begitu jika anak mempunyai pendirian yang kuat dan pedoman hidup
yang baik maka anak bisa menyaring hal-hal yang negative itu. Sehingga prestasi
belajarpun tidak akan terganggu.
c.
Cara hidup dan kondisi lingkungan
yang kurang kondusif
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada
pertumbuhan anak. Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan
orang-orang yang rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh
rajin belajar tanpa disuruh. Namun jika anak tinggal di lingkungan yang
mayoritas penduduknya pemalas, tingkat pendidikanya rendah serta minat
belajarnya rendah anak akan mudah terpengaruh untuk mengikuti keadaan
lingkungannya itu. Jika orang tua dan anak itu sendiri tidak mempunyai tekad
dan kemauan kuat untuk mencapai keberhasilan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang
lain adalah soal keadaan lingkungan tempat tinggal maupun belajar siswa.
Seorang siswa yang berada di perkotaan relatif memiliki prestasi belajar yang
lebih baik dari pada siswa yang tinggal di pedesaan. Seorang siswa yang
bersekolah di sekolah binaan yang memiliki frekuensi belajar lebih tinggi,
relatif akan lebih pintar jika dibandingkan siswa yang bersekolah di sekolah
yang gurunya jarang datang.
Kriteria tempat belajar yang baik adalah harus tenang,
tersendiri dan bersih. Dalam ruangan belajar jangan sampai ada hal-hal yang
dapat mengganggu konsentrasi seseorang yang sedang belajar. Misalnya penerangan
dalam ruangan,sinar matahari harus masuk sehingga ruangan tidak pengap dan
lembab.
Masalah dalam hal suasana yang dapat mengganggu belajar
dapat terjadi pada keluarga yang besar atau terlalu banyak penghuninya. Suasana
yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota
keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar
rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
3. Masalah Sosial yang Berhubungan
dengan Lingkungan Sekolah
a.
Gedung dan letaknya
Gedung
dan letaknya harus sesuai memenuhi syarat-syarat standar. Jauh dari tempat
keramaian seperti pasar,bengkel,pabrik dan lainnya yang bisa merusak
konsentrasi dalam proses belajar. Juga harus memenuhi syarat didaktis,
psikologis, maupun paedagogis.
Namun jika anak belajar di tempat yang ramai atau penuh
dengan kebisingan anak tersebut akan merasa tidak aman dan tidak bisa
konsentrasi penuh karena terganggu oleh kebisingan itu. Misalnya saja seorang
anak yang tinggal didekat pabrik yang dapat menimbulkan suara yang
gemuruh maka anak tiidak dapat konsentrasi dan nyaman untuk belajar.
b.
Fasilitas belajar
Fasilitas belajar berupa alat-alat penunjang belajar yang
kurang lengkap jelas dapat berpengaruh negatif terhadap belajar siswa. Dengan
kata lain proses belajar akan kurang lancar tanpa penunjang. Proses belajar
akan terganggu jikalau alat-alatnya tidak ada, semakin lengkap alat-alat
pelajaran akan semakin dapat orang tersebut belajar dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan ganguan
dalam. Dapat disimpulkan bahwa alat penunjang belajar sangat penting dalam
menunjang keberhasilan seseorang dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat
belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah
dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam
menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
Solusi Dalam Menangani Permasalahan
Yang Dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar :
1. Masalah Sosial yang Berhubungan
dengan Keluarga.
a. Penerapan pola asuh yang kurang tepat
oleh orangtua
Ø Sebaiknya dalam menentukan pola asuh
orang tua harus bermuyawarah dengan anggota keluarga.
Ø Dalam menerapkan pola asuh, orang
tua harusnya menyesuaikan dengan pribadi masing-masing individu.
Ø Seharusnya orang tua memberi
kebebasan terhadap anak atau tidak banyak menuntut untuk menjadi orang yang
selalu berprestasi. Karena kemampuan orang tidak tentu tinggi.
b. Perekonomian keluarga yang rendah.
Ø Dari pihak pemerintah harusnya
mengefektifkan bantuan dana untuk membiayai pendidikan bagi anak yang hidup
dalam keterbatasan ekonomi.
Ø Orang tua harus mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap pendidikan, meskipun berada dalam kehidupan ekonomi
pas-pasan tetap berusaha untuk memberikan pendidika yang layak bagi anaknya.
Ø Jika hidup dalam keluarga yang
kemampuan ekonomi rendah anak tidak perlu minder karena jika seseorang walaupun
hidup dalam ekonomi rendah jika berprestasi akan tetap dapat mencapai atau
menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
c. Broken home
Ø Sebagai orang tua berusahalah untuk
mengendalikan hidup dalam situasi apapun demi anak-anak kalian, jangan sampai
broken home menjadi budaya penghancur kehidupan anak.
Ø Orang tua harusnya walaupun sudah
bercerai tetap member kasih saying atau perhatian terhadap anaknya agar tetap
merasa nyaman walaupun orang tuanya tidak bersatu lagi.
Ø Dalam diri anak harusnya ditanamkan
rasa yang percaya diri yang tinggi, keteguhan hati dan jangan menyikapi hal itu
dengan hal-hal yang kurang baik agar prestasi belajar tidak terganggu.
d. Relasi antar anggota keluarga yang
kurang baik
Ø Sebaiknya orang tua meningkatkan
komunikasi antar anggota keluarga karena hal itu juga akan dapat membantu
memperbaiki relasi antar anggota keluarga.
Ø Dalam kondisi sesibuk apapun
sebaiknya komunikasi tetap dilakukan agar tetap terjaga hubungannya.
Ø Jika ada suatu masalah sekecilpun
harus dibicarakan denga musyawarah dan dicari solusinya secara bersama-sama
serta secara bijaksana agar tidak merusak relasi atau hubungan antar keluarga.
2. Masalah Sosial yang Berhubungan
dengan Lingkungan Masyarakat
a.
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Ø Walaupun kegiatn dalam masyarakat
merupakan hal yag dapat mengembangkan aspek social, seorang anak harus tetap
memperhatikan kewajiban seorang siswa yaitu belajar.
Ø Orang tua hendaknya terus memantau
untuk dapat memberikan saran kegiatan apa saja yang bisa diikuti ole hank agar
kegiatan belajarnya tidak terganggu.
Ø Lingkungan masyarakat hendaknya
memahami, tidak membebankan banyak kegiatan dan memberi kelonggaran terhadap
anak yang berusia sekolah untuk dapat melaksanakan kewajibannya, yaitu belajar.
b.
Teman bergaul
Ø Dalam
memilih teman pergaulan hendaknya anak lebih memilih teman yang baik-baik, agar
tidak terjerumus ke hal-hal yang negative yang dapat mengganggu belajar.
Ø Orang
tua harus mengawasi dan memberikan pedoman ataupun norma agar dalam bergaul
dengan siapa saja tidak cepat terpengaruh terhadap hal-hal yanga jelek.
Ø Anak
harus dapat menyaring tingkah laku maupun hal-hal yang tidak baik bagi dirinya
untuk tidak ditirunya.
c.
Cara hidup dan kondisi lingkungan
Ø Harusnya orang tua menerapkan cara
hidup yang rajin dan disiplin, meskipun lingkungannya terdapat orang-orang yang
malas.
Ø Sebisa mungkin seluruh anggota
dilingkungan tempat tinggal menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif agar
belajar anak tidak terganggu.
Ø Orang tua hendaknya memfasilitasi tempat
belajar yang nyaman bagi anak.
3. Masalah Sosial Yang Berhubungan
Dengan Lingkungan Sekolah
a.
Gedung dan letaknya
Ø Gedung
yang digunakan hendaknya sesuai dengan standar-standar yang digunakan untuk
pembelajaran.
Ø Dalam
melakukan pembelajaran letak tempatnya harusnya jauh dari kebisingan.
Ø Setiap
aggota sekolah menjaga kondisi tempat pembelajaran agar tetap kodusif.
b.
Fasilitas belajar
Ø Pihak
sekolah hendaknya menyediakan alat-alat penunjang pembelajaran yang lengkap
Ø Untuk
dapat menggunakan alat-alat penunjang pembelajaran itu harusnya disediakan juga
orang/guru yang cakap /mampu menggunakan alat penunjang pembelajaran.
Ø Memanfaatkan
fasilitas semaksimal mungkin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar