Sabtu, 21 Juli 2012

Permasalahan Sosial yang Mempengaruhi Prestasi Belajar



 
Kamis, 12 April 2012




Permasalahan Sosial yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

A.    Pendahuluan
Manusia sebagai ciptaan Allah SWT mempunyai perbedaan yang satu dengan yang lainnya. Seperti karakter, bakat dan minat. Namun di sisi lain ada perbedaanyang merupakan pemberian dari Allah SWT atau pembawaan sejak lahir tetapi hal itu masih ada peluang atau jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk di ubah dan dikembangkan. Pengembangan potensi ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan baik secara formal maupun non formal.
Peningkatan prestasi belajar seseorang bukan hanya tergantung dari individu itu. Akan tetapi prestasi belajar yang merupakan faktor dari luar juga sangat besar pengaruhnya. Pada dasarnya individu memiliki kemampuan yang sama dalam belajar, namun ada beberapa hal yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu perbedaan dalam mencapai prestasi belajar. Siswa yang mengalami satu masalah, sebagian ada yang berusaha mengatasinya dan berhasil keluar dari masalahnya, tetapi pada umumnya mereka tidak mampu mengatasinya dengan sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu keterlibatan orng tua dan teman sangatlah di perlukan untuk selalu memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya.
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi belajar seseorang adalah tempat tinggal. Salah satu lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi seseorang dengan bersikap dan bertingkah laku adalah lingkungan sekolah atau rumah. Siswa yang menimba ilmu disekolah dan bertempat tinggal dilingkungan yang tidak kondusif, serta adanya beberapa peraturan yang harus di patuhi dapat mempengaruhi prestasi belajar. Berangkat dari konteks atau masalah inilah, penulis tertarik untuk menelusuri dan mencaritahu masalah social apa sajakah yang dapat mengganggu prestasi anak.



Pembahasan

Permasalahan Sosial yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu :
1.      Masalah Sosial yang Berhubungan Dengan Keluarga.
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan yang dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: Penerapan pola asuh yang kurang tepat oleh orang tua,  , perekonomian keluarga yang rendah, broken home dan  relasi antara anggota keluarga yang kurang baik.
a.       Penerapan pola asuh yang kurang tepat oleh orang tua
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua merupakan sosok orang tua yang ideal buat anak karena bagi mereka orang tua adalah yang memberikan kasih sayang, mendidik, mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak yang lebih baik dan bermanfaat.
Secara garis besar terdapat tiga pola asuh yang berbeda diantaranya yakni authoritarian atau otoriter, permissive (permisif) dan authoritative atau demokratis. Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga bentuk pola asuh dan pengaruhnya terhadap anak.
Pola asuh demokratis/autoritatif menjadikan anak memiliki intensi prososial, kompetensi sosial, prestasi belajar, sikap asertif, penyesuaian diri, ketaatan pada peraturan lalu lintas, kepribadian wirasawasta, yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang memperoleh pola asuh otoriter maupun permisif dari orangtua. Di samping itu, juga menunjukkan bahwa bola asuh demokratis menjadikan anak memiliki prokrastinasi dan depresi  yang lebih rendah dibanding anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif.
Penanaman sikap disiplin, menerima apa adanya, memberikan motivasi berprestasi serta aspek spiritual kepada anak diakui merupakan dasar pembentukan karakter anak berprestasi. Aspek psikis dan spiritual pada anak yang dihasilkan oleh orang tua dengan pola asuh otoritatif sangat menunjang secara signifikan prestasi anak. Penghargaan terhadap prestasi anak juga dilakukan oleh orang tua dengan pola asuh autoritatif (demokratis) walaupun hanya dengan ucapan selamat atas prestasi yang mereka peroleh. Sikap orang tua tersebut akan memberikan efek psikologis bahwa mereka merasa dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprestasi lebih baik lagi.
Ketika anak mempunyai masalah dengan sekolah, hubungan dengan seseorang dan lingkungannya, mereka lebih suka/nyaman membicarakannya dengan orang tua karena orang tua lebih bisa menyimpan rahasia pribadi dan memberikan solusi, nasehat untuk membantu menyelesaikan masalah, meskipun ada juga yang  lebih suka curhat dengan temannya dengan alasan karena teman atau sahabat mereka menjadi tempat berbagi cerita dan menjadi kepercayaan mereka.
Orang tua dengan pola asuh autoritatif bersikap responsif terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. Mereka menyatakan bahwa orang tua mereka mau mendengarkan pendapat, solusi dan berdiskusi terhadap suatu hal atau masalah. Sikap orang tua tersebut akan memberikan efek rasa percaya diri anak terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan berdiskusi memberikan ruang bagi orang tua untuk memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk bagi anak dan anak pun memahami sikap dan alasan orang tua terhadap mereka. Sehingga hal ini akan memberikan kepercayaan anak terhadap orang tua bahwa mereka mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dan harapan mereka akan menjadi orang yang berhasildan bermanfaat.
Namun jika orang tua menerapkan pola asuh yang otoriter akan dapat mengganggu prestasi belajar anak, karena pola ini menuntut anak untuk dapat mengikuti peraturan-peraturan orang tua. Orang tua mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap anaknya. Mereka memaksa anak-anaknya untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk melakaksanakan kegiatan-kegiatan belajar memperoleh nilai tinggi. Bagi siswa-siswa yang ditakdirkan tidak memiliki kemampuan yang cukup tinggi dengan sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai satu siksaan, dan pada gilirannya dapt menimbulakan putus asa dan tak acuh lagi pada siswa itu sendiri sehingga suatu saat prestasi belajarnya dapat menurun.
b.      Perekonomian keluarga yang rendah
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya mengandalkan keterangan-keterangan yan diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku tulis, pensil, peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonoominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan menanggung resiko-resiko yang tidak diharapkan.
Masalah biaya menjadi salah satu faktor dalam menempuh pendidikan, kurangnya biaya sangat mempengaruhi kelancaran studi. Kurangnya ekonomi keluarga akan menimbulkan kelesuan dalam diri siswa sehingga motivasi belajar menurun.
Dalam setiap langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada suatu upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Dalam upaya mengatasi problem ekonomi, orang harus melakukan pendekatan yang realistis terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini. Benar bahwa seseorang mempunyai berbagai kebutuhan ekonomi selama masa hidupnya. Maka tidak perlu membesar-besarkan bahwa hal itu sebagai problem besar dalam kehidupan. Seseorang tidak harus hidup senang sendirian. Oleh karena itu merupakan kesalahan besar baginya dan tidak sesuai kehidupan kita, nilai etik dan moral kita, kebudayaan dan masyarakat, serta landasan ekonomi kita. Namun problema kehidupan yang sulit untuk disembunyikan adalah pendanaan pendidikan. Kebutuhan hidup berupa barang-barang elektronik mungkin saja tertahan untuk dihadirkan di dalam rumah tangga, tetapi biaya pendidikan bagi anak merupakan problema yang sulit disembunyikan. Lanjut tidaknya sang anak dalam menempuh pendidikan baik di sekolah dasar maupun pada jenjang tingkat yang lebih tinggi ditentukan oleh kemampuan ekonomi orangtua. Karena itu, dapat dipastikan bahwa kondisi ekonomi keluarga sangat terkait dan bahkan tidak terpisahkan bagi proses pendidikan anak.
“Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak”.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan atau terisolasi oleh teman-temamnya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anakpun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan dan ekonomi keluarga sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Cita-cita masa depan seseorang tidak akan tercapai tanpa pendidikan, sedangkan pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dana, sedang dana sangat sulit tercapai tanpa pendidikan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga merupakan suatu lingkaran yang tak berujung serta tak terpisahkan dan saling berkait satu sama lain.
c.       Broken home
Siswa yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri siswa dan akan menghambat proses belajar.
Perbedaan anak yang tinggal dalam keluarga utuh dan broken home:
·         Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.
·         Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh
·         Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Di dalam konflik rumah tangga terutama konflik antara suami– istri kadang menimbulkan ha-hal yang berdampak negative. Salah satu dampak negatif dari konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang paling dominan adalah dampak terhadap perkembangan anak. Aktor utama “Broken Home” (suami istri) kadang jarang memikirkan dampak apakah yag akan terjadi pada anak-anaknya apabila terjadi perpecahan atau perpisahan rumah tangga.
Dampak apa yang akan terjadi pada anak yang nantinya menjadi korban konflik orang tua apabila terjadi konflik dalam rumah tangga dan harus berakhir dengan broken home. Salah satunya yaitu pada aspek Kejiwaan
Seorang anak korban “Brokoen Home” akan mengalami tekanan mental yang berat. Di lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan “Broken Home”. Di sekolah, disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun.
d.      Relasi antar anggota keluarga yang kurang baik
Yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
Relasi yang kurang baik antar anggota keluarga dapat di pengaruhi oleh kurangnya komunikasi antar anaggota keluarga. Belakangan ini banyak orang tua yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya, mereka menganggap bahwa tugas orang tua tidak lebih dari sekedar mencukupi kebutuhan lahir anak. Seperti makan, minum, pakaian dan alat-alat pelajaran, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Sehingga orang tua cenderung acuh dan tidak memelihara hubungan antar anggota keluarga. Relasi keluarga yang kurang baik ini dapat menyebabkan antar anggota keluarga kurang peduli terhadap anggota keluarga yang lain, antar anggota keluarga cenderung acuh atau tidak mau ikut campur urusan anggota keluarganya yang lain, padahal jika ada suatu masalah yang perlu bantuan dari anggota keluarganya namun anggota keluarganya tidak mau tahu atau tidak mau membantu dapat menyebabkan orang jengkel dan kecewa terhadap anggota keluarganya tersebut. Hubungan atau relasi yang baik antar anggota keluarga dapat membuat anak termotivasi untuk mengejar prestasi belajarnya. Karena ia merasa mendapat dorongan dari anggota keluarganya. Dengan mendapatkan prestasi yang baik dapat membuat dirinya bangga dan anggota keluarganya juga ikut bahagia.

2.      Masalah Sosial Yang Berhubungan dengan Lingkungan Masyarakat
a.       Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Namun jika seorang anak yang terlalu banyak mengikuti organisasi maupun kegiatan-kegiatan tertentu dapat mengganggu belajarnya, karena terkadang waktu yang digunakan untuk belajar akan tersita untuk berorganisasi. Namun jika seorang anak dapat membagi waktu antara berorganisasi  dan belajar dengan baik maka belajarnya pun tidak akan terganggu sehingga prestasi belajarpun tidak akan terpengaruh.
b.      Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya.
Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana. Jika anak dalam pergaulannya tidak dapat memilih teman pergaulan yang baik  dapat menimbulkan dampak yang negative terhadap anak itu sendiri namun walaupun begitu jika anak mempunyai pendirian yang kuat dan pedoman hidup yang baik maka anak bisa menyaring hal-hal yang negative itu. Sehingga prestasi belajarpun tidak akan terganggu.
c.       Cara hidup dan kondisi lingkungan yang kurang kondusif
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang  yang rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa disuruh. Namun jika anak tinggal di lingkungan yang mayoritas penduduknya pemalas, tingkat pendidikanya rendah serta minat belajarnya rendah anak akan mudah terpengaruh untuk mengikuti keadaan lingkungannya itu. Jika orang tua dan anak itu sendiri tidak mempunyai tekad dan kemauan kuat untuk mencapai keberhasilan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang lain adalah soal keadaan lingkungan tempat tinggal maupun belajar siswa. Seorang siswa yang berada di perkotaan relatif memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tinggal di pedesaan. Seorang siswa yang bersekolah di sekolah binaan yang memiliki frekuensi belajar lebih tinggi, relatif akan lebih pintar jika dibandingkan siswa yang bersekolah di sekolah yang gurunya jarang datang.
Kriteria tempat belajar yang baik adalah harus tenang, tersendiri dan bersih. Dalam ruangan belajar jangan sampai ada hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi seseorang yang sedang belajar. Misalnya penerangan dalam ruangan,sinar matahari harus masuk sehingga ruangan tidak pengap dan lembab.
Masalah dalam hal suasana yang dapat mengganggu belajar dapat terjadi pada keluarga yang besar atau terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
           
3.      Masalah Sosial yang Berhubungan dengan Lingkungan Sekolah
a.       Gedung dan letaknya
Gedung dan letaknya harus sesuai memenuhi syarat-syarat standar. Jauh dari tempat keramaian seperti pasar,bengkel,pabrik dan lainnya yang bisa merusak konsentrasi dalam proses belajar. Juga harus memenuhi syarat didaktis, psikologis, maupun paedagogis.
Namun jika anak belajar di tempat yang ramai atau penuh dengan kebisingan anak tersebut akan merasa tidak aman dan tidak bisa konsentrasi penuh karena terganggu oleh kebisingan itu. Misalnya saja seorang anak yang tinggal didekat pabrik yang dapat menimbulkan  suara yang gemuruh maka anak tiidak dapat konsentrasi dan nyaman untuk belajar.
b.      Fasilitas belajar
Fasilitas belajar berupa alat-alat penunjang belajar yang kurang lengkap jelas dapat berpengaruh negatif terhadap belajar siswa. Dengan kata lain proses belajar akan kurang lancar tanpa penunjang. Proses belajar akan terganggu jikalau alat-alatnya tidak ada, semakin lengkap alat-alat pelajaran akan semakin dapat orang tersebut belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan ganguan dalam. Dapat disimpulkan bahwa alat penunjang belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan seseorang dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

Solusi Dalam Menangani Permasalahan Yang Dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar :

1.      Masalah Sosial yang Berhubungan dengan Keluarga.
a.       Penerapan pola asuh yang kurang tepat oleh orangtua
Ø  Sebaiknya dalam menentukan pola asuh orang tua harus bermuyawarah dengan anggota keluarga.
Ø  Dalam menerapkan pola asuh, orang tua harusnya menyesuaikan dengan pribadi masing-masing individu.
Ø  Seharusnya orang tua memberi kebebasan terhadap anak atau tidak banyak menuntut untuk menjadi orang yang selalu berprestasi. Karena kemampuan orang tidak tentu tinggi.
b.      Perekonomian keluarga yang rendah.
Ø  Dari pihak pemerintah harusnya mengefektifkan bantuan dana untuk membiayai pendidikan bagi anak yang hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Ø  Orang tua harus mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan, meskipun berada dalam kehidupan ekonomi pas-pasan tetap berusaha untuk memberikan pendidika yang layak bagi anaknya.
Ø  Jika hidup dalam keluarga yang kemampuan ekonomi rendah anak tidak perlu minder karena jika seseorang walaupun hidup dalam ekonomi rendah jika berprestasi akan tetap dapat mencapai atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
c.       Broken home
Ø  Sebagai orang tua berusahalah untuk mengendalikan hidup dalam situasi apapun demi anak-anak kalian, jangan sampai broken home menjadi budaya penghancur kehidupan anak.
Ø  Orang tua harusnya walaupun sudah bercerai tetap member kasih saying atau perhatian terhadap anaknya agar tetap merasa nyaman walaupun orang tuanya tidak bersatu lagi.
Ø  Dalam diri anak harusnya ditanamkan rasa yang percaya diri yang tinggi, keteguhan hati dan jangan menyikapi hal itu dengan hal-hal yang kurang baik agar prestasi belajar tidak terganggu.
d.      Relasi antar anggota keluarga yang kurang baik
Ø  Sebaiknya orang tua meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga karena hal itu juga akan dapat membantu memperbaiki relasi antar anggota keluarga.
Ø  Dalam kondisi sesibuk apapun sebaiknya komunikasi tetap dilakukan agar tetap terjaga hubungannya.
Ø  Jika ada suatu masalah sekecilpun harus dibicarakan denga musyawarah dan dicari solusinya secara bersama-sama serta secara bijaksana agar tidak merusak relasi atau hubungan antar keluarga.
2.      Masalah Sosial yang Berhubungan dengan Lingkungan Masyarakat
a.       Kegiatan siswa dalam masyarakat
Ø  Walaupun kegiatn dalam masyarakat merupakan hal yag dapat mengembangkan aspek social, seorang anak harus tetap memperhatikan kewajiban seorang siswa yaitu belajar.
Ø  Orang tua hendaknya terus memantau untuk dapat memberikan saran kegiatan apa saja yang bisa diikuti ole hank agar kegiatan belajarnya tidak terganggu.
Ø  Lingkungan masyarakat hendaknya memahami, tidak membebankan banyak kegiatan dan memberi kelonggaran terhadap anak yang berusia sekolah untuk dapat melaksanakan kewajibannya, yaitu belajar.
b.      Teman bergaul
Ø  Dalam memilih teman pergaulan hendaknya anak lebih memilih teman yang baik-baik, agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negative yang dapat mengganggu belajar.
Ø  Orang tua harus mengawasi dan memberikan pedoman ataupun norma agar dalam bergaul dengan siapa saja tidak cepat terpengaruh terhadap hal-hal yanga jelek.
Ø  Anak harus dapat menyaring tingkah laku maupun hal-hal yang tidak baik bagi dirinya untuk tidak ditirunya.
c.       Cara hidup dan kondisi lingkungan
Ø  Harusnya orang tua menerapkan cara hidup yang rajin dan disiplin, meskipun lingkungannya terdapat orang-orang yang malas.
Ø  Sebisa mungkin seluruh anggota dilingkungan tempat tinggal menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif agar belajar anak tidak terganggu.
Ø  Orang tua hendaknya memfasilitasi tempat belajar yang nyaman bagi anak.
3.      Masalah Sosial Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Sekolah
a.       Gedung dan letaknya
Ø  Gedung yang digunakan hendaknya sesuai dengan standar-standar yang digunakan untuk pembelajaran.
Ø  Dalam melakukan pembelajaran letak tempatnya harusnya jauh dari kebisingan.
Ø  Setiap aggota sekolah menjaga kondisi tempat pembelajaran agar tetap kodusif.
b.      Fasilitas belajar
Ø  Pihak sekolah hendaknya menyediakan alat-alat penunjang pembelajaran yang lengkap
Ø  Untuk dapat menggunakan alat-alat penunjang pembelajaran itu harusnya disediakan juga orang/guru yang cakap /mampu menggunakan alat penunjang pembelajaran.
Ø  Memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tawuran Pelajar dan Mahasiswa

Tawuran Pelajar dan Mahasiswa PENDAHULUAN Tawuran saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Perilaku tawuran bukan hanya men...