Pentingnya Orangtua untuk Memahami
Gejolak Masa Remaja Sang Anak
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada saat seorang anak memasuki masa remaja atau masa
pubertas, banyak sekali gejolak yang dialami oleh anak tersebut. Selain itu
masa remaja juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan
pelik. Namun tidak banyak orangtua yang dapat memahami gejolak yang dialami
oleh remaja dan orangtua juga belum cukup tahu banyak hal untuk menangani masa
remaja sang anak. Tidak sedikit orangtua memandang remaja dengan penuh
kecemasan, ketakutan dan kebingungan yang semua itu dapat menimbulkan kekacauan
komunikasi diantara orangtua dan anak, sehingga hal itu dapat mengakibatkan
sang anak semakin tidak dimengerti oleh orangtua, dan orangtua juga dapat
kehilangan kesempatan untuk bisa berfungsi sebagai pendamping dan teladan bagi
anak dalam menuju kedewasaan. Padahal hal itulah yang paling diharapkan oleh
remaja dari orangtuanya.
PEMBAHASAN
1.
Masa remaja yaitu dimana seseorang tidak lagi dianggap
sebagai kanak-kanak, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Dalam
masa remaja ini anak mengalami berbagai gejolak, diantaranya yaitu :
a. Gejolak
dalam pembentukan identitas diri
Masa remaja begitu penting karena ia merupakan masa
pencarian jati diri. Pada masa ini, setiap individu berusaha menemukan dan
menanyakan “Identitas” dirinya (siapa saya). Membentuk dan membangun jati diri
merupakan hal yang sulit dan penuh resiko. Remaja diusia ini harus belajar dan
memilih ideologi yang benar dari berbagai ideologi yang disodorkannya.
Orang-orang yang sukses dalam tahapan ini dan memiliki jati diri yang kuat akan
siap menghadapi masa depannya dengan perasaannya yang tenang dan kepercayaan
diri yang tinggi.
Masa remaja merupakan masa untuk mengenal diri dan
mengenal Sang Pencipta. Karena dimasa remaja seseorang dapat mengarungi tangga
kehidupan dengan mudah dan enerjik maka ia perlu berfikir sebelum bertindak dan
bermusyawarah dengan orang penyayang dan berpandangan luas hingga ia tidak
tergelincir dalam pencarian jati dirinya.
b. Gejolak
Kebangkitan Seksualitas
Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu
proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi
seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat
perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi
matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi. Mengenal dorongan
seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai belajar untuk
mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri. Kemudian
penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini.
Keingintahuan itu seringkali tersalurkan kepada hal-hal yang merugikan diri sendiri.
Seperti akses pornografi melalui media. Karena teknologi telah berkembang pesat
dan
zaman semakin maju. Sehingga generasi sekarang ini
banyak orang yang menganggap bahwa seks adalah tindakan yang bebas dan alamiah.
c. Gejolak
untuk cenderung terpengaruh oleh obat bius
Ketika pada usia pubertas para remaja dihadapkan
pada macam-macam kesulitan hidup dan konflik-konflik jiwani, maka hati
pengecutnya mendorong mereka untuk melarikan diri dari setiap kesulitan hidup.
Mereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan ganja, morphine, dan bahan
narkotika lainnya sebagai alat penenang bagi ketakutan dan kerisauan hatinya.
Pada umumnya remaja seperti itu adalah anak-anak manja, yang tidak pernah
dibiasakan menghadapi kesukaran hidup dan jiwanya sangat lemah.
Pada saat si pemakai ada dalam pengaruh obat bius,
ia merasa nyaman, secure atau aman, senang, puas, kuat perkasa, dan merasa
seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas besar. Akan tetapi sesudah habis
pengaruh obat bius itu, dia jadi lemas-lesu, loyo, tak bertenaga, tidak
bergairah. Tanpa bahan narkotika hidup ini terasa gelap, tidak lengkap, serasa
dunia mau tenggelam. Baru jika ia mendapatkan supply bahan narkotika lagi, ia
akan merasa “hidup kembali”.
d. Gejolak
emosi remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai
periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa
badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian besar remaja mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri
terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak jenis secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang,
gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada
macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu tersebut.
2.
Dari berbagai gejolak yang dialami remaja disaat masa
pubertasnya, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gejolak tersebut.
a. Faktor
yang mempengaruhi pembentukan identitas diri :
1)
Faktor Lingkungan
Faktor ini sangat
mempengaruhi pembentukan identitas diri remaja. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungan hidupnya akan membentuk karakter dan perilaku dikalangan
remaja dan anak itu juga membentuk peristiwa-peristiwa di lingkungan hidupnya.
Sehingga ada hubungan timbal balik diantara keduanya.
2)
Faktor Pribadi
Seseorang remaja yang
mempunyai motivasi kuat dalam meraih sesuatu yang diharapkannya, walaupun harus
jatuh bangun untuk memperolehnya, tapi ia akan tetap berusaha hingga yang
diharapkannya tercapai. Dari pengalaman tersebut maka remaja akan memiliki masa
depannya dengan kepercayaan diri yang tinggi.
b. Faktor-faktor
penyebab perilaku seks remaja
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku seks pada
remaja, diantaranya :
1)
Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seks
(libido seks) remaja.
2)
Penundaan usia perkawinan.
3)
Adanya tabu/larangan dalam masyarakat untuk melakukan
prilaku seks sebelum menikah.
4)
Kurangnya informasi yang didapat remaja tentang seks
dan hal-hal terkait didalamnya.
5)
Pergaulan makin bebas.
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecenderungan remaja memakai obat bius :
1)
Keinginan untuk menghindari kesulitan hidup dan
konflik-konflik.
2)
Didorong oleh nafsu mendapatkan status sosial tinggi
dan pengakuan atas EGO-nya, serta untuk menjaga gengsi.
3)
Keisengan oleh anak-anak muda untuk mencoba-coba karena
didorong oleh rasa ingin tahu.
d. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja
menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan
dan belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam
mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu
menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga
mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif
terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih
muda terhadap ungkapan emosi mereka.
3.
Peran yang dapat dilakukan orangtua dalam membantu anak
remaja :
a. Memberikan
pemikiran dan pertimbangan (bukan memutuskan apalagi menuntut) kepada remaja
tentang alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi.
b. Menanamkan
nilai-nilai perilaku yang baik melalui diskusi dan komunikasi dua arah.
c. Meningkatkan
kepercayaan diri pada remaja dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk
memutus sendiri penyelesaian masalah yang mereka hadapi.
d. Membantu
mengembangkan potensi yang ada didalam diri remaja melalui pemberian kesempatan
kepada mereka untuk memutuskan sendiri penyelesaian masalah yang dihadapi
berdasarkan alternatif yang diberikan oleh orangtua.
4.
Cara-cara yang dapat dilakukan orangtua dalam
menghadapi sang anak yang sedang memasuki masa remaja
a. Mengendalikan
Pusat Emosional
Akan sangat bermanfaat sekali bagi anak remaja yang
belum stabil baik perkembangan maupun emosionalnya, apabila orangtua tidak
memberikan reaksi yang berlebihan terhadap suasana hati, tuntutan atau ledakan
amarah mereka. Dalam menghadapi ketidak-stabilan anak remaja, orangtua harus
mencoba untuk tetap stabil. Orangtua harus mengambil posisi pada “pusat
emosional”, dengan membiarkan sikap dan emosi anak remaja yang tak menentu.
Karena anak remaja kurang stabil, maka orangtua harus dapat mengendalikan emosi
dan nampak stabil.
b. Usaha
Pengendalian
Ada tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam menentukan
batas toleransi :
1)
Orangtua harus memikirkan dan menentukan batas
toleransinya sendiri mengenai apa yang diharapkan dan perilaku mana yang
diinginkan atau yang tidak diinginkan dari anak remajanya.
2)
Orangtua tidak boleh menunggu sampai anak remajanya
menentukan batas toleransi.
3)
Peraturan harus berubah menurut umur dan menurut
tingkat tanggung jawab anak remaja.
c. Mengisi
waktu bersama-sama
Dengan hal ini akan dapat terjalin hubungan yang
baik dengan remaja sehingga dapat memberikan kesempatan untuk kontak positif
antar generasi. Cara yang terbaik untuk mengisi waktu bersama dengan anak
remaja tergantung pada kesamaan yang dimiliki oleh orangtua dan anak. Dalam
mengisi waktu bersama-sama orangtua tidak boleh melontarkan kritikan terhadap
anaknya agar tidak merusak suasana.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa remaja adalah masa
yang penuh dengan gejolak, namun karena pondasi dasar pemikiran disaat itu
belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman, masalah, dan
gejolak. Maka dari itu keterlibatan orangtua dalam masa ini sangat dibutuhkan
oleh remaja. Karena orangtua adalah orang yang berperan penting dalam
memberikan toleransi dan melakukan pengendalian terhadap sang anak yang sedang
memasuki masa remaja. Selain itu orangtua juga harus memberikan sikap yang
sewajarnya terhadap gejolak-gejolak yang sedang dalam remajanya. Sehingga kelak
remaja itu akan mampu menggapai kemajuan dibidang agama, pola pikir, moral,
sosial dan sebagainya.
B.
Saran
1. Hendaknya
orangtua lebih banyak terlibat dengan masalah yang dihadapi anak remajanya,
agar tidak mudah terpengaruh kegejolak remaja yang bersifat negatif.
2. Seharusnya
orangtua belajar tentang banyak hal untuk dapat memahami dan menangani, masa
remaja anak dengan tepat.
3. Sebaiknya
anak mempunyai pedoman atau dasar yang dapat mengendalikan gejolak yang
bersifat negatif.
4. Anak
harus pandai-pandai dalam bergaul, agar tidak terjerumus ke gejolak negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Gardner, James E. 1986. Memahami
Gejolak Masa Remaja. Jakarta : Mitra Utama
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi
Anak. Bandung : Mandar Maju
www. masaremaja. blogspot.com (7
Januari 2011)
http://ictcentre-im.forums1.net/t37-gejolak-remaja
(7 Januari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar